Resume Buku Psikologi Pernikahan
Muhammad Iqbal, Ph.D.
Pernikahan Dalam Perspektif Psikologi
Menikah berarti menyatukan dua orang yang berbeda menjadi
satu kesatuan jiwa dan raga. Menurut Aziz (2005) dalam buku fiqih islam
lengkap, kata nikah berasal dari bahasa arab, yaitu nakaha yang artinya
menggabungkan, mengumpulkan atau menjodohkan. Menurut syara', nikah adalah suatu akad yang menghalalkan pergaulan
antara seorang lelaki dan perempuan yang bukan mahram,
serta menimbulkan hak
dan kewajiban di antara keduanya.
Pernikahan yang gagal akan menimbulkan dampak yang besar
dalam kehidupan masyarakat: pertama,berdampak pada anak-anak, antara
lain kenakalan remaja, bunuh diri dan penyalahgunaan narkoba. Kedua, meningkatkan angka kemiskinan karena pertimbangan dan
perencanaan ekonomi yang minim dalam rumah tangga. Ketiga,
kualitas sdm yang lemah karena ketidakmampuan orang tua mengasuh dan mendidik
anak.
Pernikahan dalam perspektif psikologi adalah sebuah ikatan yang sah dalam
hukum negara dan agama yang dilakukan pasangan laki-laki dan perempuan yang
berbagi peran untuk menjalankan rumah tangga dalam rangka memenuhi tuntutan
agama dan kebutuhan hidupnya, yakni berupa cinta, kasih sayang, ketentraman,
keamanan, dan seksual agar bisa mencapai kebahagiaan.
Manfaat mengetahui ilmu
psikologi pernikahan bagi pasangan suami istri: pertama,
mengetahui cara memilih pasangan yang tepat dan mengambil keputusan dalam
menikah. Kedua, mengetahui cara menyesuaikan diri dan
beradaptasi dalam pernikahan. Ketiga, mengetahui cara mengelola
konflik dan menyelesaikan masalah dalam pernikahan. Keempat,
mengetahui cara berkomunikasi yang efektif dan membangun kebersamaan dalam
keluarga. Kelima, mengetahui cara pengasuhan anak,
serta perkembangan anak dan remaja dalam keluarga. Keenam,
mengetahui cara mendidik dan membangun karakter anak dalam keluarga. Ketujuh, mengetahui psikologi kepemimpinan dalam keluarga.
Perencanaan Dalam Pernikahan dan Keluarga
Angka perceraian di Indonesia terus meningkat. Salah satu
penyebabnya karena perencanaan yang lemah dalam hal pernikahan dan keluarga,
mulai dari perencanaan dalam memilih pasangan, pernikahan, perekonomian
keluarga, dll. Pada dasarnya inti dari perncanaan adalah memberi jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan 5 W + 1 H sehingga apa yang diinginkan dan tujuan
pernikahan dapat diwujudkan dengan baik.
Manfaat yang bisa diperoleh dari
perencanaan dalam pernikahan dan keluarga. Pertama, untuk
mencegah atau meminimalkan terjadi resiko perceraian dan konflik. Kedua, untuk mengembangkan potensi positif sehingga bisa melakukan akselerasi
dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut Karlinawati, pasangan yang
akan menikah memerlukan persiapan untuk memasuki jenjang pernikahan. Pertama, persiapan individu yang terdiri dari persiapan mental,
keilmuan, fisik, dan finansial. Kedua, persiapan pasangan bahwa
pasangan suami istri perlu menyiapkan visi dan misi keluarga yang akan dibangun
nanti, konsep keluarga, konsep peran, dan konsep hubungan dengan keluarga
besar.
Menurut penulis, ada beberapa hal penting yang harus direncanakan dalam
pernikahan keluarga. Pertama, figur atau keluarga impian. Kedua, perencanaan dalam memilih pasangan. Dalam memilih pasangan
calon pengantin harus mempersiapkan diri dengan baik, libatkan orang tua dan
keluarga besar dalam proses perkenalan dan lamaran. Faktor agama , perbedaan
sisoal dan busaya, serta kesamaan visi hidup perlu menjadi pertimbangan penting
agar mudah beradaptasi nantinya. Ketiga, perencanaan keuangan,
persoalan ekonomi dalam keluarga, menjadi variabel yang sangat penting karena
kekurangan uang akan mempengaruhi kondisi psikis dan perlakuan seseorang. Keempat, perencanaan dalam karier dan pekerjan. Kelima, perencanaan dalam pendidikan anak.
Pentingkah Pendidikan Pranikah?
Dalam pernikahan ada banyak ilmu yang harus dipelajari: pertama, ilmu agama, antara lain ibadah, akhlak, fiqih pernikahan
dan hukum pernikahan. Kedua, ilmu psikologi, antara lain
penyesuaian diri, komunikasi, manajemen konflik, pengambilan keputusan, dan
pengasuhan anak. Ketiga, ilmu kesehatan, antara lain kesehatan
reproduksi, gizi keluarga dan kebugaran tubuh. Keempat ,
manajemen keuangan, antara lain
perncanaan keuangan, bisnis dan investasi. Kelima, sosial
budaya, antara lain mengenal adat istiadat dan penyesuaian diri dengan
lingkungan. Pendidikan pranikah dapat dilkaukan secara formal maupun nonformal
oleh orang tua.
Memilih Jodoh pada Era Milenial
Islam mengajarkan untuk senantiasa melihat agama sebagai
indikator utama. Dalam memilih pasangan atau menantu sangat penting untuk
melakukan penelusuran jejak media sosial calon pasangan atau menantu. Masalah
kesehatan fisik dan psikologis menjadi penyumbang terbesar bagi terjadi
perceraian dalam rumah tangga. Pemeriksaan fisik dan psikologis sebelum menikah
sangat dianjurkan.
Cinta Dalam Pernikahan
Dalam ilmu psikologi, cinta merupakan bagian dari sikap
emosi seseorang terhadap orang lain, yang menggambarkan rasa suka, tertarik dan
senang. Menurut Goodwin cinta dipandang sebagai sesuatu yang mengikuti
pernikahan, bukan sebuah persyaratan awal untuk menikah.
Dalam teori segitiga
Sternberg disebutkan bahwa cinta memiliki tiga komponen utama: pertama, gairah merupakan elemen fisiologis yang menyebabkan
seseorang merasa ingin dekat secara fisik, menikmati dan merasakan sentuhan
fisik, atau melakukan hubungna seksual dengan pasangan hidupnya. Kedua, keintiman merupakan elemen perasaan atau afeksi yang
mendorong seseorang untuk selalu melakukan kedekatan emosional dengan orang
yang dicintainya. Ketiga, komitmen merupakan dorongan
kognitif yang mendorong individu tetap mempertahankan hubungan cinta dengan
pasangan hidup yang dicintainya. Dalam konteks pernikahan, cinta akan ideal
jika dilandasi oleh lima komponen utama: pertama,
keikhlasan dan ketakwaan. Kedua, ikatan pernikahan. Ketiga, komunikasi terbuka. Keempat,
keintiman. kelima,
keterikatan.
Mengelola Konflik Dalam Pernikahan dan Keluarga
Konflik dalam keluarga dapat diartikan sebagai
permasalahan yang timbul dari individu dalam keluarga dari hasil interaksi
dalam hubungan keluarga yang berusaha saling menyingkirkan karena ada anggota
keluarga yang memiliki perbedaan pandangan, sikap dan perilaku.
Ada beberapa
jenis konflik dalam keluarga : pertama, konflik antara suami istri. Biasanya
terjadi akibat dari kemampuan adptasi dan komunikasi pasangan yang rendah.
Kedua, konflik antar anak. Ketiga, konflik antara orang tua dan anak terjadi
karen apola asuh dan pola komunikasi yang dibangun tidak sesuai dengan proses
perkembangan anak dan oarang tua. Keempat, konflik dalm diri individu
(internal). Kelima, konflik dengan keluarga besar. Keenam, konflik hubungan
antar besan. Ketujuh, konflik antar ipar.
Berikut ini tips mengelola konflik
dalam keluarga : pertama, mengedepankan nilai-nilai spiritual agama dalam
menyelesaikan konflik. Kedua, komunikasi yang suportif, yaitu sebuah gaya
komunikasi yang memberikan pesan secara akurat, saling mendukung, dan
meningkatkan hubungan diantara pihak yang berkomunikasi. Ketiga, kesepakatan
untuk mengatasi konflik dalam keluarga. Keempat, berpikir positif. Kelima,
mengutamakan kepentingan keluarga daripada kepentingan pribadi.
Penyesuaian Diri Dalam Pernikahan
Dalam kehidupan rumah tangga ada banyak hal yang harus
disesuaikan, mulai dari minat, hobi, makanan, kebiasaan, budaya, bahasa, gaya
hidup, dan perilaku lainnya. Kurdek dan Smith menyebutkan ada tiga tahapan yang
harus dilalui pasangan suami istri dalam usaha membangun pernikahan mereka:
pertama, fase pencampuran. Kedua, fase penjalilan hubungan. Ketiga, fase
pemeliharaan.
Penyesuaian diri :pertama, ketiadaan emosi yang berlebihan.
Kedua, ketiadaan mekanisme psikologis. Ketiga, ketiadaan perasaan frustasi
pribadi. Keempat, pertimbangan rasional dan kemampuan mengarahkan diri.
Kelima, kemampuan untuk belajar. Keenam, kemampuan menggunakan pengalaman masa
lalu. Ketujuh, sikap realistis dan objektif. Tantangan terbedar bagi pasangan
suami sitri adalah keengganan mereka untuk mau berubah dan belajar menyesuaikan
diri dengan kehidupan baru.
Tahapan dan Perkembangan Pernikahan
Dawn J. Lipthrott menyebutkan bahwa ada lima tahapan
perkembangan dalam kehidupan pernikahan: pertama, cinta yang romantis. Kedua,
kekecewaan atau kesedihan. Ketiga, pengetahuan dan kesadaran. Keempat,
transformasi. Kelima, cinta sejati.
Periode pernikahan terbagi menjadi 4:
pertama, periode tahun awal. Kedua, periode pernikahan muda. Ketiga, periode
tahun pertengahan. Keempat, periode tahun matang. Pernikahan mengalami 7 fase dan
tahap perkembangan : pertama, fase pencarian. Kedua, fase pelaksanaan
pernikahan. Ketiga, fase penyesuaian diri. Keempat, fase memiliki anak. Kelima,
fase pengasuhan anak. Keenam, fase pembangunan ekonomi keluarga. Ketujuh, fase
pensiun.
Kepuasan Dalam Pernikahan
Kepuasan pernikahan adalah perasaan subjektif pasangan
suami istri terhadap perilaku dan interaksi dala pernikahan untk memenuhi
kebutuhan hidup selama pernikahan, baik kebutuhan spiritual, fisik, psikologis,
ekonomi, seksual, sosial, maupun kebutuhan lainnya. Dalam menilai kepuasan
pernikahan, memiliki indikator yang bisa diukur.
Menurut Hendrick ada 2 faktor
yang dapat mempengaruhi kepuasan pernikahan. Pertama, faktor sebelum menikah.
Kedua, faktor setelah menikah.
Kriteria kepuasan dalam pernikahan menurut
skolnick ada 5 kriteria dari pernikahan yagn memiliki kepuasan tinggi :
pertama, adanya relasi personal yang penuh kasih sayang dan menyenangkan.
Kedua, keberdamaan. Ketiga, peran orang tua yang baik. Keempat, penerimaan
terhadap beragam konflik. Kelima, pribadi yang sesuai.
Olson dan Fower
menyebutkan ada 10 aspek untuk mengukur kepuasan pernikahan : pertama, aspek
komunikasi. Menurut Lvner komunikasi merupakan elemen kunci dalam sebuah
hubungan. Kedua, aspek aktovitas pada waktu luang. Ketiga, aspek orientasi
keagamaan. Keempat, aspek resolusi konflik. Kelima, aspek pengelolaan
keuangan. Keenam, aspek orientasi seksual. Ketujuh, aspek keluarga dan teman.
Kedelapan, aspek anak dan pengasuhan anak. Kesembilan, aspek kepribadian.
Kesepuluh, aspek keseimbangan peran. Berdasarkan pengalaman penulis kepuasan
pernikahan dipengaruhi oleh : pertama, aspek religius dan spiritual. Kedua,
aspek kemampuan ekonomi. Ketiga, aspek cinta dan kasih sayang. Keempat, aspek
kemampuan menatasi dan mengelola konflik. Kelima, aspek hubungan seksual dan
keintiman. Keenam, aspek komunikasi. Ketujuh, aspek hubungna dengan keluarga
besar. Kedelapan, aspek keturunan.
Peran Ayah Dalam Keluarga
Berdasarkan beberapa penelitian yang dilakukan oleh ilmu
kesehatan dan ilmu psikologi menyimpulkan bahwa ada korelasi antara hubungan
ayah dan anak. Pertama, ayah yang terlibat dalam proses tumbuh kembang anaknya
akan memiliki anak yang cenderung minim masalah dibandingkan dengan anak yang
dalam proses tumbuh kembangnya tidak didampingi oleh sosok ayah. Kedua, anak
yang didampingi oleh ayah dalam proses tumbuh kembangnya memiliki kemampuan
bahasa yang lebih baik dan memiliki sedikit masalah terkait perilaku. Ketiga,
ayah yang terlibat langsung dalam membacakan buku cerita kepada anak akan
memiliki kegiatan spesial dengna anaknya, tertarik dengan pendidikan anaknya,
mengambil peran yang sama dengan ibu dalam mengasuh anak, serta akan memiliki
anak yang lebih berprestasi di sekolah. Keempat, anak laki-laki yang memiliki
keterlibatan ayah dalam proses tumbuh kembangnya akan cenderung dapat
menyelesaikan masalah dengna lebih baik dan dengan kendali emosi yang cukup
baik saat anak tersebut dewasa. Kelima, anak perempuan yang dalam proses tumbuh
kembangnya didampingi oleh ayahnya akan memiliki kemandirian dan rasa percaya
diri yang lebih baik ketika ia dewasa kelak. Ayah memiliki peran strategis
dalam memberikan contoh karakter yang positif. Kasus-kasus kekerasan, korupsi,
penyalahgunaan narkoba, dan LGBT sangat erat kaitannya dengan karakter yang
lemah yang dimiliki seorang anak.
Berikut ini beberapa karakter yang perlu dibentuk sejak kecil : pertama,
keyakinan agama (aqidah) yang kuat. Kedua, kemandirian. Ketiga, kreatif dan
inovatif. Keempat, kasih sayang. Kelima, pemimpin yang adil. Peran ayah sangat
penting dalam membentuk dan mengukir seorang anak menjadi pribadi yang tangguh
dan kuat.
Keluarga dan Kesehatan Mental
Dalam pernikahan, pasangan suami istri juga mengalami
stres dalam menghadapi masalah, baik datang dari luar maupun dari dalam.
Menurut Lestari, stres dalam sistem keluarga datang dari empat sumber :
pertama, kontak salah satu anggota kelurga dengan kekuatan diluar keluarga.
Kedua, kontak seluruh anggota keluarga dengan kekuatan diluar anggota keluarga.
Ketiga, stres pada titik transaksi dalam keluarga. Keempat, stres yang timbul
di sekitar problem anggota yang berkebutuhan khusus atau keabnormalan fisik.
Kesehatan
mental keluarga sangatlah penting karena ada tiga fungsi keluarga yang memiliki
kaitan sangat erat dengan kesehatan mental. Pertama, fungsi agama. Kedua, fungsi
psikologis. Ketiga, fungsi sosial. Kesehatan mental keluarga sangatlah penting,
terutama bagi orang tua. Ayah atau ibu yang memiliki mental tidak sehat akan
sangat mudah menularkan perilaku buruk kepada anak.
Terdapat empat ciri keluarga
yang memiliki kesehatan mental yang kurang: pertama, aspek perasaan. Kedua,
aspek pikiran. Ketiga, aspek perilaku. Keempat, aspek kesehatan fisik.
4 cara
yang bisa dilakukan untuk menjaga dan memperkuat kesehatan mental keluarga :
pertama, memperkuat keimanan dan ketakwaan, serta menjalankan syariat agama.
Kedua, pola hidup yang sehat dan seimbang. Ketiga, interaksi sosial. Keempat,
terus belajar. Pada era ini kesehatan mental erat kaitannya dengan pengaruh
internet.
Pengaruh Internet Dalam Pernikahan dan Keluarga
Ada 6 dampak positif dari penggunaan internet terhadap keluarga : pertama, meningkatkan
wawasan dan pengtahuan tentang berbagai persoalan sehingga ilmu pengetahuan
dapat dengan mudah diperoleh dan dapat meningkatkan kapasitas seseorang,
termasuk untuk belajar agama. Kedua, memberikan kemudahan dalam menyelesaikan
urusan rumah tangga. Ketiga, membantu meningkatkan perekonomian keluarga tanpa
harus bekerja di luar rumah. Keempat, sebagai sarana hiburan dan kreativits
dalam mengisi waktu luang. Kelima, menjalin silaturahim dan interaksi dengan
berbagai kalangan yang telah lama tidak bertemu. Keenam, mempermudah komunikasi
antaranggota keluarga ketika sedang beraktivitas di luar rumah.
Berikut ini 7
dampak negatif dari penggunaan internet : pertama, menyebabkan adiksi. Kedua,
banyak anak yang melalaikan tugas sekolah atau belajar karena sibuk dengan gadget.
Ketiga, konten pornografi akan lebih mudah diakses oleh anggota keluarga.
Keempat, komunikasi dan interaksi antar keluarga menjadi berkurang. Kelima,
menimbulkan rasa malas untuk berolahraga sehingga tubuh tidak fit dan rentan
terserang penyakit. Keenam, menjadi sumber konflik dalam keluarga. Ketujuh,
intimasi dalam keluarga menjadi berkurang.
8 tips internet sehat dalam keluarga
: pertama, buatlah peraturan yang tegas bagi anggota keluarga dalam penggunaan
internet di rumah. Kedua, dalam bermain gadget atau games orang tua hendaklah
memberikan batasan waktu terhadap anak, mendampingi anak. Ketiga, anak yang
masih dibawah umur tidak diperkenanakan memegang gadget tanpa dan pendampingan
dan pengawasan dari orang tua. Keempat, dalam penggunaan media sosial anggota
kelarga harus bisa menjaga sikap, tidak pamer, tidak berbohong, dan harus
bernuansa edukasi. Kelima, buat dan terapkanlah beberapa peraturan dalam
penggunaan gadget. Keenam, orang tua harus memberi contoh baik dalam penggunaan
gadget. Ketujuh, mengedukasi anggota keluarga tentang dampak negatif gadget
dalam kehidupan keluarga. Kedelapan, jangan memperbolehkan anak bermain di
dalam kamar sendirian sehingga bisa menyebabkan ia membuka konten yang bersifat
negatif.
Selingkuh Pada Era Digital
Perselingkuhan terjadi karena beberapa faktor : pertama,
gangguan dari pihak ketiga. Kedua, kepuasan dalam pernikahan yang rendah, baik
dalam hal terpenuhi kebutuhan psikologis maupun kebutuhan seksual. Ketiga,
persoalan ekonomi. Keempat, komunikasi yang terbatas, terutama bagi pasangan
yang berpisah dan tinggal berjauhan. Kelima, kemudahan sarana. Keenam, pengaruh
pornografi.
5 tanda kemungkinan telah
terjadi perselingkuhan pada diri pasangan Anda: pertama, tiba-tiba pasangan Anda
berpenampilan menarik untuk mendapatkan perhatian lawan jenis. Kedua, lebih
sensiitf dan menghindar. Ketiga, komunikasi terbatas dan menjadi pribadi yang
tertutup. Keempat, hubungan seksual terasa hampa. Kelima, selalu menyimpan
ponselnya.
Perceraian Dalam Perspektif Psikologis
Ada 6 faktor perceraian : pertama, soal perselingkuhan.
Kedua, persoalan ekonomi. Ketiga, persoalan kesehatan mental dan gangguan
psikologis. Keempat, persoalan konflik keluarga. Kelima, persoalan pasangan
yang mendekam di penjara. Keenam, suami menikah lagi. Perceraian akan berdampak buruk terhadap anak
jika orang tua melibatkan anak dalam konflik mereka.
Memperkuat Ketahanan Keluarga
Ketahanan keluarga adalah kondisi dinamis suatu keluarga
yang memiliki keuletan dan ketangguhan, serta mengandung kemampuan fisik
material dan psikis mental spiritual untuk hidup mandiri, serta mengembangkan
diri dan keluarganya untuk hidup harmonis serta meningkatkan kesejahteraan
lahir dan batin.
Menurut UNDP ada 3 jenis ancaman atau kerapuhan : pertama,
kerapuhan aspek ekonomi. Kedua, kerapuhan aspek lingkungan. Ketiga, kerapuhan
aspek sosial.
Menurut Martinez ada 6 hal
yang disebut ketahanan keluarga : pertama, kuat dalam aspek kesehatan. Kedua,
kuat dalam aspek ekonomi. Ketiga, kuat dalam kehidupan keluarga yang sehat.
Keempat, kuat dalam aspek pendidikan. Kelima, kuat dalam aspek kehidupan
masyarakat. Keenam, kuat dalam menyikapi perbedaan budaya di masyarakat.
Indikator ketahanan keluarga ada 6 : pertama, ketahanan spiritual. Kedua,
ketahanan fisik, yaitu kemampuan keluarga dalam menjaga kesehatan fisik.
Ketiga, ketahanan psikologis keluarga, yakni kemampuan anggota keluarga untuk
mengelola kesehatan mentalnya. Keempat, ketahanan ekonomi. Kelima, ketahanan
sosial. Keenam, ketahanan komunikasi.