Minggu, 03 Mei 2020

Kisah Anak Palestina

sumber:google.com


Mencekam, itulah kata pertama yang terlintas jika mendengar kata Gaza, Palestina. Tak terbayangkan bagaimana warga di sana bisa bertahan hidup dengan kondisi yang serba kekurangan, setiap hari teror menghantui warga, juga dengan akses hidup yang terbatas. Hanya Allah yang memberikan kekuatan kepada warga Palestina untuk tetap berjuang membela tanah air tercintanya. Tanah Palestina adalah warisan para Nabi yang tetap harus dipertahankan oleh seluruh muslim di dunia. Perjuangan tidak hanya dilakukan oleh orang dewasa, bahkan anak-anak juga ikut berjuang di sana. Dengan jiwa raga yang penuh keimanan, dengan dada yang dipenuhi dengan Al-Qur’an mereka ikut berjuang membela tanah airnya walaupun fisik mereka masih sangat belia. Hanya kekuatan Allah yang membuat mereka berani melawan penjajah laknatullah.
Abdullah adalah salah seorang pejuang cilik Palestina. Ia merasa sangat beruntung dilahirkan di tanah para nabi. Abdullah tinggal bersama ibu, kakak laki-lakinya dan adiknya. Ia selalu bermimpi bisa bertemu ayahnya yang kini sudah tiada karena kekejaman tentara Yahudi laknatullah. Ayahnya syahid saat melawan tentara Yahudi di komplek masjid Al-Aqsho. Hal yang sangat menyedihkan bagi keluarga Abdullah adalah saat kehilangan sosok ayah tercintanya, namun hal ini justru membuatnya semakin bersemangat untuk meneruskan perjuangan ayahandanya membela tanah air walaupun harus menebusnya dengan syahid. Karena yakin ayahnya telah berada di syurga-Nya ia bisa tersenyum melepas kepergian ayahnya. 
Mungkin para penjajah itu bisa menggunakan senjata yang paling mutakhir untuk setiap hari meneror Palestina, tapi anak-anak Palestina hanya melawan mereka dengan batu kerikil dan itupun sudah cukup membuat tentara-tentara Yahudi ketakutan. Al-Qur’an tak pernah lepas dari lisan anak-anak luar biasa ini. Bahkan ketika tubuh mereka terluka karena terkena tembakan atau bom, yang terucap hanya ayat-ayat Al-Qur’an dari bibir-bibir mungil mereka. 
Sebelumnya Abdullah juga bersekolah seperti anak-anak lainnya. Tapi kini hanya tinggal kenangan. Tempatnya bersekolah saat ini hanya tersisa puing-puingnya saja, tak ada lagi ruang kelas yang dulu digunakan untuk belajar, tak ada lagi buku-buku pelajaran, tempat bermain, semua telah hancur. Karena sudah tidak bisa bersekolah lagi setiap waktunya Abdullah habiskan bersama Al-Qur’an. Muroja’ah adalah aktifitas yang sering sekali dilakukan Abdullah bersama teman-temannya. Kakak Abdullah juga penghapal Qur’an dan pejuang seperti ayahnya. Suatu hari kakaknya ditangkap tentara Yahudi dan mendekam di penjara Israel. Alhamdulillah setelah beberapa tahun pergi kakaknya bisa kembali ke rumah karena ada perjanjian dengan Yahudi untuk melepaskan sebagian tawanan, kakak Abdullah termasuk yang beruntung bisa kembali berada di tengah-tengah keluarga, karena tidak semua orang bisa kembali bersama keluarganya. 
Bagi warga Palestina teror bom yang setiap hari terjadi adalah suatu hal yang biasa saja, tak ada rasa takut bagi mereka ketika mendengar dentuman bom di sekitarnya. Itu hal yang biasa karena sudah hampir setiap hari mereka mendengarnya. Kehilangan anggota tubuh bagi orang Palestina juga adalah sebuah kehormatan, bukan aib atau cacat. Mereka tak malu ketika harus kehilangan sebagian anggota tubuhnya disebabkan terkena bom yang sewaktu-waktu mengintai mereka. Justru mereka merasa bangga ketika bagian tubuhnya lepas karena yakin bahwa anggota tubuhnya yang hilang sudah lebih dulu ada di syurga. Palestina sendiri sudah merasakan blokade ini puluhan tahun. Terbatasnya listrik, pasokan pangan,dll membuat mereka terbiasa hidup sangat sederhana. 
Seorang anak perempuan yang tengah berada di jalan bertemu dengan tentara israel dengan pakaian dan senjata yang lengkap. Dengan beraninya gadis itu menghampiri sang tentara, tanpa takut ia menumpahkan amarahnya serta memukul sang tentara dengan tangan mungilnya. Ia tak takut akan kehilangan nyawanya ataupun ditangkap tentara Yahudi dengan kejadian ini karena sudah sangat memuncak kemarahannya atas semua ketidakadilan ini. Ketidakadilan yang sudah dirasakan keluarganya serta masyarakat Palestina sejak puluhan tahun silam. 
Satu ketika pernah terjadi mati listrik di Jakarta selama seharian dan rasanya sangat tidak nyaman. Lalu teringat akan sodara-sodara di Palestina, hal inilah yang setiap hari terjadi pada mereka. Tak ada listrik, fasilitas, bom sewaktu-waktu bisa saja menghancurkan rumah-rumah mereka ketika sedang terlelap. Karena itulah para muslimah di Gaza tak pernah menanggalkan jilbabnya sekalipun mereka tidur karena tak pernah tahu apakah masih akan hidup keesokan harinya, dan ketika mereka tiada pun ingin tetap dalam keadaan menutup aurat. Bisa saja esok hari bom israel menghancurkan rumah mereka. Betapa mereka menjaga auratnya hingga saat tiada pun ingin tetap berhijab. 
Selain Abdullah dan gadis cilik pemberani tadi masih ada banyak sekali kisah perjuangan anak-anak Palestina melawan penjajah laknatullah. Walaupun masih belia tapi anak-anak ini punya keimanan yang luar biasa, hapalan Qur'an yang mumtaaz, keyakinan, keberanian yang tak semua anak di dunia ini memiliknya. Ajaib, ya anak-anak ini memang ajaib. Karena keadaan mereka jadi bersikap lebih dewasa daripada usianya. Setiap hari mereka habiskan untuk berjuang, menghapal Al-Qur'an. Benar-benar seluruh waktunya tak ada yang sia-sia atau diisi hal- hal yang melalaikan. wallahu a'lam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Anak Palestina

sumber:google.com Mencekam, itulah kata pertama yang terlintas jika mendengar kata Gaza, Palestina. Tak terbayangkan bagaimana warga ...