Minggu, 03 Mei 2020

Anak Jerapah Yang Berteman Sepi

                                                                 sumber: google.com

Suatu ketika hiduplah sekelompok jerapah. Segerombolan jerapah berkumpul dengan sangat rapi dan kompak. Selalu nampak bersama dalam suka dan duka. Bertahun-tahun lamanya mereka melakukan perjalanan bersama, tapi satu ketika tampak seekor mulai pergi meninggalkan kelompok. Tak lama berselang seekor lagi pun pergi. Satu persatu pergi meninggalkan barisan tanpa jejak. Menyisakan kesedihan bagi seekor anak jerapah yang tak mengerti mengapa semua ini  terjadi? Mengapa satu persatu kawan meninggalkan? Kemana perginya kawanan yang dulu banyak dan kompak? 

Si anak jerapah hanya bisa bersedih tanpa teman disampingnya..Terus bersedih..Induk dan kawan-kawannya sudah pergi meninggalkan..Tersisalah dirinya seorang diri yang tak tahu harus berbuat apa dan harus pergi ke arah mana untuk mencari dan berkumpul dengan kelompoknya yang dulu..Semua tak bersisa, yang tersisa hanyalah puing-puing kenangan saat dulu bersama sang induk dan kawan-kawan dekatnya mencari daun di pucuk pohon..Namun karena harus melanjutkan hidup si anak jerapah harus terus tegar menjalani takdirnya. Ia tetap harus melanjutkan perjalanan walaupun menjalaninya sambil menangis, ya menangisi semua yang telah pergi. 

Hanya berharap semua bisa kembali seperti dulu walaupun harapan itu sangat tipis..Semua terasa sangat singkat. Waktu cepat sekali berlalu tanpa terasa sudah harus berpisah. Tak ada lagi keceriaan bersama yang dulu pernah dirasakan. Sampai akhirnya si anak jerapah bertemu dengan kawanan jerapah di wilayah lain yang juga kehilangan anggota kelompoknya. Bersama mereka merasakan kesedihan yang sama. Membangun harapan kehidupan yang baru dengan lebih baik walaupun tanpa kawan-kawan yang dulu pernah dekat..Tetap berjalan si anak jerapah terus menghapus air matanya..Perlahan mulai melupakan kesedihannya dan mengukir senyum walaupun tidak mudah menjalani semuanya seorang diri..

Dengan kesendiriannya si anak jerapah harus mulai belajar melanjutkan perjalanannya sendiri tanpa bergantung dengan induk atau kawannya. Dengan kesendiriannya si anak jerapah belajar tegar menghadapi takdir yang mungkin menurutnya sangat pahit. Belajar bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, semua akan pergi meninggalkan jika tiba masanya tanpa bisa ditahan. Tapi hidup harus terus berjalan, berharap si anak jerapah kelak bertemu seekor jerapah yang bisa menghapuskan kesedihannya dan terus menemani perjalanannya dalam suka dan duka..Semua akan datang silih berganti, begitupun dengan kesedihan si anak jerapah yang kelak pasti akan menemukan kebahagiaanya.

Seekor anak jerapah yang tak pernah tahu akan takdir kedepannya. Dulu ia selalu berpikir bahwa induk dan kawan-kawannya tidak akan meninggalkannya, selalu bersama disampingnya selamanya. Tapi ternyata baru disadari bahwa segala sesuatu ada batas waktunya. Jika saat ini bisa bersama, belum tentu esok, seminggu, sebulan, setahun lagi masih bisa bersama. Ini sangat menjadi pelajaran bagi si anak jerapah untuk bisa lebih tegar, tidak bergantung pada siapapun kecuali sang Maha Pencipta. Sungguh kesedihan yang memberikan hikmah bagi si anak jerapah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kisah Anak Palestina

sumber:google.com Mencekam, itulah kata pertama yang terlintas jika mendengar kata Gaza, Palestina. Tak terbayangkan bagaimana warga ...