Anak Jerapah Yang Berteman Sepi
Suatu ketika hiduplah sekelompok jerapah. Segerombolan
jerapah berkumpul dengan sangat rapi dan kompak. Selalu nampak bersama dalam
suka dan duka. Bertahun-tahun lamanya mereka melakukan perjalanan bersama, tapi
satu ketika tampak seekor mulai pergi meninggalkan kelompok. Tak lama berselang
seekor lagi pun pergi. Satu persatu pergi meninggalkan barisan tanpa jejak.
Menyisakan kesedihan bagi seekor anak jerapah yang tak mengerti mengapa semua
ini terjadi? Mengapa satu persatu kawan meninggalkan? Kemana perginya
kawanan yang dulu banyak dan kompak?
Si anak jerapah hanya bisa bersedih tanpa teman
disampingnya..Terus bersedih..Induk dan kawan-kawannya sudah pergi
meninggalkan..Tersisalah dirinya seorang diri yang tak tahu harus berbuat apa
dan harus pergi ke arah mana untuk mencari dan berkumpul dengan kelompoknya
yang dulu..Semua tak bersisa, yang tersisa hanyalah puing-puing kenangan saat
dulu bersama sang induk dan kawan-kawan dekatnya mencari daun di pucuk
pohon..Namun karena harus melanjutkan hidup si anak jerapah harus terus tegar
menjalani takdirnya. Ia tetap harus melanjutkan perjalanan walaupun
menjalaninya sambil menangis, ya menangisi semua yang telah pergi.
Hanya berharap semua bisa kembali seperti dulu walaupun
harapan itu sangat tipis..Semua terasa sangat singkat. Waktu cepat sekali
berlalu tanpa terasa sudah harus berpisah. Tak ada lagi keceriaan bersama yang
dulu pernah dirasakan. Sampai akhirnya si anak jerapah bertemu dengan kawanan
jerapah di wilayah lain yang juga kehilangan anggota kelompoknya. Bersama
mereka merasakan kesedihan yang sama. Membangun harapan kehidupan yang baru
dengan lebih baik walaupun tanpa kawan-kawan yang dulu pernah dekat..Tetap
berjalan si anak jerapah terus menghapus air matanya..Perlahan mulai melupakan
kesedihannya dan mengukir senyum walaupun tidak mudah menjalani semuanya
seorang diri..
Dengan kesendiriannya si anak jerapah harus
mulai belajar melanjutkan perjalanannya sendiri tanpa bergantung dengan induk
atau kawannya. Dengan kesendiriannya si anak jerapah belajar tegar menghadapi
takdir yang mungkin menurutnya sangat pahit. Belajar bahwa tidak ada yang abadi
di dunia ini, semua akan pergi meninggalkan jika tiba masanya tanpa bisa
ditahan. Tapi hidup harus terus berjalan, berharap si anak jerapah kelak
bertemu seekor jerapah yang bisa menghapuskan kesedihannya dan terus menemani
perjalanannya dalam suka dan duka..Semua akan datang silih berganti, begitupun
dengan kesedihan si anak jerapah yang kelak pasti akan menemukan kebahagiaanya.
Seekor anak jerapah yang tak pernah tahu akan takdir kedepannya. Dulu ia selalu berpikir bahwa induk dan kawan-kawannya tidak akan meninggalkannya, selalu bersama disampingnya selamanya. Tapi ternyata baru disadari bahwa segala sesuatu ada batas waktunya. Jika saat ini bisa bersama, belum tentu esok, seminggu, sebulan, setahun lagi masih bisa bersama. Ini sangat menjadi pelajaran bagi si anak jerapah untuk bisa lebih tegar, tidak bergantung pada siapapun kecuali sang Maha Pencipta. Sungguh kesedihan yang memberikan hikmah bagi si anak jerapah.
Seekor anak jerapah yang tak pernah tahu akan takdir kedepannya. Dulu ia selalu berpikir bahwa induk dan kawan-kawannya tidak akan meninggalkannya, selalu bersama disampingnya selamanya. Tapi ternyata baru disadari bahwa segala sesuatu ada batas waktunya. Jika saat ini bisa bersama, belum tentu esok, seminggu, sebulan, setahun lagi masih bisa bersama. Ini sangat menjadi pelajaran bagi si anak jerapah untuk bisa lebih tegar, tidak bergantung pada siapapun kecuali sang Maha Pencipta. Sungguh kesedihan yang memberikan hikmah bagi si anak jerapah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar